Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Tajuk

TUtun dan Amplop Coklat, Antara Lupa, Bercanda, atau Seni Berakrobat Politik?

6845
×

TUtun dan Amplop Coklat, Antara Lupa, Bercanda, atau Seni Berakrobat Politik?

Sebarkan artikel ini
Oleh : Jhojo Rumampuk

Ada banyak hal yang membingungkan di dunia ini. Salah satunya adalah perubahan iklim. Namun ternyata, ada yang lebih labil daripada cuaca tropis. Sebuah pengakuan TUtun yang berubahnya sangat drastis.

Awalnya, publik dikejutkan oleh pengakuan jujur nan mengguncang, TUtun mengaku telah didatangi perwakilan perusahaan biji-biji dan menerima amplop coklat misterius.

Example 300x600

Amplop ini, tentu saja, bukan amplop undangan pernikahan, apalagi surat lamaran kerja. Banyak yang menafsirkan amplop ini sebagai bentuk “bela rakyat berbasis fee.”

Namun, secepat angin sore yang berubah jadi badai malam, TUtun tiba-tiba membantah dirinya pernah membuat pengakuan itu.

Katanya, ia tak pernah mengucapkan bahwa ia didatangi apalagi menerima amplop. Mungkin rekaman yang beredar hanyalah bagian dari sinetron “Demi Amplop Aku Rela.”

Tapi puncak sarkasme dari drama ini belum selesai.

Ketika dimintai keterangan dalam proses resmi, yang dicatat dan ditandatangani, Utun sekali lagi membuat plot twist.

Ia menyebut bahwa semua pernyataannya hanyalah “candaan.” Luar biasa. Rupanya kita sedang menyaksikan stand-up comedy level legislatif. Sayangnya, yang jadi penonton bukan rakyat tertawa, tapi rakyat kecewa.

Amplop coklat itu kini tak lagi coklat. Ia berubah warna abu-abu penuh misteri. Kebenaran dicuci bolak-balik dalam mesin cuci klarifikasi yang diputar oleh seorang ketua lembaga wakil rakyat, yang seharusnya memberi keteladanan.

Tapi apa mau dikata, kita malah disuguhi drama “Saya Tidak Pernah, Saya Bercanda.”

Apakah TUtun korban tekanan?

Ataukah ia hanya sedang menikmati panggung kekuasaan, mempermainkan narasi demi narasi, seolah publik ini tak bisa berpikir?

Jika benar begitu, maka “TUtun” pantas mendapatkan penghargaan bukan sebagai negarawan, tapi sebagai pemain drama politik terbaik tahun ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *