Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
DaerahPohuwato

Diduga Lakukan Pembabatan Secara Masal, PT IGL Sebabkan Banjir Desa Tuweya

132
×

Diduga Lakukan Pembabatan Secara Masal, PT IGL Sebabkan Banjir Desa Tuweya

Sebarkan artikel ini

Indo PostPohuwato. Banjir bandang kembali melanda dua desa di Kabupaten Pohuwato, yakni Desa Tuweya dan Desa Bohusami, memicu kekhawatiran dan amarah warga.

Musibah yang terjadi belum lama ini diduga kuat disebabkan oleh aktivitas penebangan liar yang dilakukan oleh perusahaan pemegang izin industri kayu, PT. Inti Global Laksana.

Example 300x600

Mengutip dari Fakta News, salah satu tokoh masyarakat yang meminta identitasnya dirahasiakan menyampaikan bahwa fenomena banjir bandang ini tidak pernah terjadi saat era dua perusahaan kayu sebelumnya, yakni Wenang Sakti dan Sapta Krida Kita (SKK), yang beroperasi pada tahun 1990-an.

“Di zaman Wenang Sakti dan SKK beroperasi, tidak pernah terjadi banjir bandang seperti ini. Karena sistem mereka tebang-pilih dan pohon yang ditebang pasti ditanami kembali jenis yang sama,” ungkapnya.

Menurut warga tersebut, lokasi operasional PT. Inti Global Laksana berada tepat di atas hulu sungai yang mengalir ke wilayah Tuweya dan Bohusami.

Ia menduga bahwa aktivitas pembukaan lahan dan penebangan tanpa kontrol di wilayah tersebut telah merusak daerah tangkapan air, yang pada akhirnya menyebabkan luapan air besar saat hujan deras melanda.

“Hulu sungai dan anak-anak sungai yang mengalir ke desa-desa itu masuk di dalam areal perusahaan. Kalau hutan dibuka sembarangan, air tak lagi tertahan. Akibatnya, desa-desa di bawahnya jadi korban,” jelasnya.

Warga meminta Pemerintah Kabupaten Pohuwato dan Pemerintah Provinsi Gorontalo turun tangan langsung untuk mengidentifikasi sistem pengambilan kayu yang dilakukan oleh PT. Inti Global Laksana.

Mereka juga mendesak audit perizinan dan lingkungan hidup atas kegiatan perusahaan tersebut.

“Kami minta pemerintah lakukan investigasi terbuka. Jangan hanya melihat dari izin formal, tapi juga cek kondisi lapangan, apakah mereka menjalankan kewajiban reboisasi, buffer zone, dan perlindungan DAS? Ini bukan soal bisnis, ini soal keselamatan nyawa dan kampung kami,” kata warga tersebut penuh keprihatinan.

Hingga berita ini diturunkan, pihak PT. Inti Global Laksana belum memberikan klarifikasi resmi terkait tudingan yang muncul dari masyarakat.

Warga berharap, tragedi ini menjadi momentum evaluasi besar-besaran terhadap perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan hulu, agar bencana serupa tidak terus berulang dan merugikan masyarakat lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *